Kutatap kubur sunyi yang berderet di tengah kesunyian malam.
Entah siapa mereka itu yang pernah hadir hiasi masa-masa silam.
Ada yang hidupnya bergelimang harta berhiaskan mutu manikam.
Ada diantaranya penguasa yang tangannya begitu bengis dan kejam.
******
Kemana mereka semua kini berada?
di kedalaman tanah tak bertuan.
Bahkan kadang hanya sendirian saja menjadi hiasan taman-taman.
Decak kekaguman dan ketundukan para punggawa tinggal impian.
Dan anak turunannya saling berseteru memperebutkan warisan.
*******
Kejayaan duniawi? hanya impian kosong yang tak bermakna.
Setelah didapat, bak untai mutiara yang kehilangan pesona.
Dalam kubur yang sunyi hanya menangis dan sesal merana.
Karena sadar telah ditipu oleh mainan & kepalsuan dunia.
******
Daku bertanya padamu?kemana sorot matamu yang dulu begitu licik?
Dimana otakmu yang dahulu begitu pintar menebar fitnah dan intrik?
Mana kefasihan lidahmu sehingga kebenaran yang ada di bolak-balik?
Mana tumpukan uangmu yang dahulu selalu kau hitung dengan asyik?
*******
Jadi apa kini airmata mereka yang dahulu engkau zalimi.
Mendapat balasan apa janji-janji yang tak engkau tepati.
Memperoleh ganjaran apa amanah-amanah yang dikhianati.
Dan memberimu kebaikan apa mereka yang telah kau sakiti?
******
Kini dikubur sunyi, tak kulihat beda pengemis dan penguasa.
Sama pula kubur para penyeru kebenaran dan para pendosa.
Bila telah berbuat kebaikan, akan dikenang orang segala jasa.
Namun keburukan dan kejahatan selamanya selalu dinista.
*****
Kepada diri sendiri, seorang hamba yang lemah berpesan.
Bahwa segala yang indah di mata hanyalah sekedar hiasan.
Yang berguna setelah terbaring di kubur sunyi hanya kebaikan.
Sebagai bekal kelak di alam kekal yang sungguh tiada kefanaan.
*******
Berhati-hati dengan kekuasaan yang didalamnya penuh amanah.
Apalah lagi berbuat zalim kepada mereka yang tak bersalah.
Membuat yang lemah jadi menangis berurai airmata darah.
Karena kelak mereka akan menuntut keadilan disisi Allah.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar